" Selamat Datang di Mr HB Electronic service, mohon maaf jika komentar anda kurang mendapat tanggapan, karena sesuatu dan lain hal, kami tidak bisa online 24 jam. Terima kasih atas kunjungan nya " *** Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wajalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sodaqoh. Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orangnya, dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat. (HR. Ar-Rabii’) *** Manusia pada hakikatnya mati kecuali orang yang berilmu. Orang yang berilmu pada hakikatnya tidur kecuali yang mau mengamalkan ilmunya. Dan orang yang mengamalkan ilmunya banyak yang tertipu kecuali orang yang ikhlas ( Imam al Gazali) *** Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu lalu dirahasiakannya maka dia akan datang pada hari kiamat dengan kendali (di mulutnya) dari api neraka. (HR. Abu Dawud) *** Saling berlaku jujur lah dalam ilmu dan jangan saling merahasiakannya. Sesungguhnya berkhianat dalam ilmu pengetahuan lebih berat hukumannya dari pada berkhianat dalam harta. (HR. Abu Na’im) *** Orang yang paling pedih siksaannya pada hari kiamat ialah seorang alim yang Allah menjadikan ilmunya tidak bermanfaat. (HR. Al-Baihaqi) ***

Sunday, June 2, 2013

Mengeluarkan patahan konektor RCA tanpa mebuka Kabinet TV

Konektor RCA adalah penghubung sinyal audio atau video, dari satu peranti elektronik  ke peranti elektronik lainnya. Misalnya, dari DVD Player ke Televisi, atau dari DVD Player Ke speker aktif.

Konektor RCA pertama kali diperkenalkan oleh Radio Corporation of America ( RCA ), pada awal tahun 1940-an, dengan desain sederhana dan hanya digunakan  sebagai penghubung internal radio phonograph.

 
Seiring dengan perkembangan zaman, penggunaan konektor RCA pun kian meluas. Bahkan hampir semua perangkat audio video dewasa ini, menggunakan  konektor RCA sebagai penghubung jalur input atau pun jalur Output. 

Di pasaran sendiri, ada banyak jenis konektor RCA yang ditawarkan. Mulai dari yang berkualitas tinggi dengan harga jutaan, sampai dengan yang berkualitas rendah dengan harga ribuan perak. Nah, Konektor RCA yang berkualitas rendah inilah yang sering menimbulkan berbagai macam persoalan. Termasuk patah nya bagian tegah konektor dan tertinggal di dalam lubang soket RCA.

Insiden seperti ini, biasanya terjadi pada konektor RCA yang dipasang pada Televisi. Konektor tersebut patah, akibat terburu-buru memindahkan Televisi tanpa melepas konektor RCA terlebih dahulu. 

Pada awalnya kami pun heran, kenapa bagian tengah Konektor RCA ini bisa patah. Karena se pengetahuan kami, bagian tengah Konektor RCA seharusnya terbuat dari bahan logam, karena harus menghatarkan arus listrik. Sehingga sangat mustahil  untuk ter patahkan, hanya karena tertarik secara tiba-tiba.

 Setelah mengadakan penyelidikan, ternyata bagian tengah konektor RCA yang berkualitas rendah tersebut terbuat dari bahan pelasik, dan untuk menimbulkan efek penghantar listrik, maka bagian luarnya dilapisi dengan bahan krom.




Mengeluarkan patahan Konektor RCA yang tertinggal di dalam lubang soket RCA Televisi, bukanlah masalah besar, jika masih ada bagian patahan yang muncul pada permukaan lubang soket RCA. Bahkan tidak memerlukan banyak peralatan, cukup menariknya dengan tang hidung panjang selesai perkara.

Lain perkara, jika patahan tersebut terbenam cukup dalam, hingga tak sedikit pun bagian tengah konektor RCA ini yang muncul pada permukaan lubang soket RCA.


Setelah melakukan serangkaian percobaan, akhirnya kami pun menemukan trik untuk mengeluarkan patahan  konektor   RCA tersebut, bahkan tanpa  membuka kabinet Televisi sedikitpun. 

Berikut peralatan yang mesti disiapkan.


  1. Lilin.
  2. Tang potong.
  3. Kabel Coaxial RG-6 ( Kabel antena parabola ).
  4. Pisau Cutter.
Cara mengeluarkannya :

  • Potong  Kabel RG-6 dengan tang potong, panjangnya kira-kira 5 cm.


  • Dengan pisau cutter, potong Kulit, kawat serabut, dan kulit dalam kabel RG-6.  Hingga hanya tersisa  kawat tunggalnya saja yang panjangnya kira-kira 1 cm. 



  • Nyala kan lilin dengan korek, lalu bakar ujung kawat tunggal kabel hingga berwarna kemerah-merahan.
  •  Degan gerakan yang agak cepat, tancap-kan ujung kabel yang sudah berwarna kemerah-merahan tadi, pada bagian tengah patahan konektor RCA. Diamkan beberapa saat, hingga bagian tegah patahan yang terkena ujung kabel tadi mengeras.

  • Tarik dengan perlahan kabel RG-6, sampai semua bagian patahan konektor terlepas dari lubang soket RCA.






Catatan :
  1. Kabel RG-6 yang paling bagus digunakan adalah, kabel RG-6 murahan yang kawat tunggalnya terbuat dari besi. Kalau kawat tunggalnya terbuat dari tembaga, agak susah memanaskan nya hingga berwarna kemerah-merahan. Trik untuk mengetahui kawat tunggal kabel RG-6 yang terbuat dari besi adalah, menempelkan sedikit potongan kawat tunggalnya pada sebatang magnet. Kalau potongan kawat ter sebut dapat ditarik oleh magnet, berarti kawat tersebut terbuat dari besi.
  2. Pada saat menancapkan ujung kawat kabel yang sudah dibakar, usahakan agar tepat di tengah-tengah Patahan konektor. Jangan sampai kawat mengenai pinggiran bagian dalam lubang soket RCA, sebab kalau terkena, maka akan merusak lubang soket RCA. Bahkan biasa menyulitkan proses penari kan patahan konektor.
Demikian sebuah trik sederhana dari kami, semoga bisa membantu rekan-rekan semua dalam menangani patahan konektor RCA pada Televisi. Terima kasih atas kunjungan nya.


Maju terus dunia elektronik indonesia. 
Salam Blogger Indonesia


Wednesday, May 15, 2013

Memperbaiki DVD Player Murmer


DVD Player Murmer ( Murah Meriah ) seringkali dipandang sebelah mata oleh sebagian orang, karena dianggap sebagai barang murahan. Tapi kenyataan di lapangan membuktikan bahwa  DVD Player jenis  inilah, yang paling  laris di Indonesia, khususnya untuk kalangan ekonomi menegah ke bawah.

Maka tak heran, kalau seorang service elektronik lebih banyak menangani DVD Murmer daripada DVD Player yang bermerek paten. Demikian halnya di Mr HB Electronic,  90 % DVD Player yang pernah kami tangani adalah DVD Player Murmer.


Berikut ini, beberapa pengalaman kami dalam menangani berbagai macam kerusakan DVD Player Murmer.

" No Disk " versi Kerusakan Motor Spindle

Indikasi :
  1. Pada  Dispaly DVD Player muncul pesan " No Disc "
  2. Pada layar Televisi yang tersambung dengan DVD Player, juga muncul pesan " No Disk "
  3. Putaran Disk sangat lambat.
  4. Chip Servo pada EMPEG terasa sangat panas bila disentuh dengan tangan.
Pemeriksaan dan perbaikan :
  • Keluarkan Mekanik DVD dari dalam dalam kabinet DVD Player.
  • Lepaskan semua kabel Mekanik yang berhubungan dengan EMPEG.
  • Letakkan Mekanik DVD pada meja kerja dengan posisi terbalik ( bagian bawah mekanik menghadap ke atas ).
  • Siapkan Multi-tester Manual ( Multi-tester Jarum ) dengan posisi  X1 ( Cont'y ).  
  • Tempel kan kabel merah multi-tester pada kabel positif motor Spindle dan kabel hitam pada kabel negatif motor Spindle.  


    •  Perhatikan Putaran has motor Spindle, Jika putaran nya tersendat-sendat atau bahkan tidak berputar sama sekali. Berarti motor Spindle rusak, ganti dengan yang baru. Jika putaran has motor lancar, lanjutkan pada pengujian berikutnya. 
    • Sekarang balik posisi kabel multi-tester, kabel merah multi tester ditempel kan pada kebel hitam motor Spindle, dan kabel hitam pada kabel merah motor Spindle. Jika putaran has motor Spindle tetap lancar, berarti kerusakan bukan pada motor Spindle, tapi pada chip servo motor yang ada di EMPEG DVD. 
     Penyebab kerusakan :
    1. DVD Player terus menerus memainkan Piringan CD/DVD selama berjam-jam,  tanpa jeda. 
    2. Mutu CD/DVD yang dimainkan DVD Player kurang baik, sehingga dibutuhkan putaran yang lebih cepat untuk memainkan piringan tersebut. Alhasil motor spindle harus bekerja ekstra keras dan memperpendek usia pemakaiannya 




      " No Disk " versi Kerusakan Optic

      Indikasi : 
      1. Gejala mirip dengan " No Disk " versi kerusakan Motor Spindle, yaitu muncul pesan " No Disk " pada Display DVD Player atau pada Layar Televisi.
      2. Pada Optic muncul suara aneh.
      3. Terkadang  disk berputar dengan kecepatan yang luar biasa, disertai dengan pesan " Err " yang muncul pada Dispaly DVD Player atau pada Layar televisi.
      4. Hanya mampu memainkan Piringan VCD dan tidak bisa memainkan piringan DVD.
      5. Bisa memainkan Piringan VCD atau pun DVD, tapi gambar dan suara yang muncul pada Televisi tidak lancar ( Tersangkut-sangkut ).
      6. DVD Player Loading terus-menerus, tanpa bisa memainkan Piringan DVD atau pun VCD. 



          Pemeriksaan dan perbaikan :
          • Bersihkan lensa Optic DVD Player dengan menggunakan CD khusus untuk pembersih lensa Optic.
          • Jika DVD Player tidak bisa memutar CD Pembersih, bersihkan lensa optic secara manual dengan menggunakan kapas atau benda apa saja yang mempunyai permukaan lembut dan bersih. Filter rokok adalah satu benda yang sangat cocok di gunakan untuk membersihkan lensa optik. Selain ukurannya yang pas, mencarinya pun gampang. Caranya, siapkan sebatang rokok yang masih baru ( bukan puntung rokok ). Pisahkan rokok dengan Filter nya, kemudian tempel kan  filter tersebut pada permukaan lensa optic. Bersihkan optik dengan cara memutar filter rokok ke kiri dan ke kanan secara berulang-ulang.
            

          • Setelah pembersihan optik ternyata DVD Player tetap bersamalah dalam membaca disk, lanjutkan pada pemeriksaan pada bagian penggerak optik.


          • Uji bagian ini, apakah dapat menggerakkan optik dengan baik. Caranya, pastikan DVD Player dalam posisi Off dan semua kabel mekanik mekanik terpasang pada EMPEG DVD. Dorong optik ke arah panel belakang DVD Player, kemudian On kan DVD Player. Perhatikan optik, jika tidak bergerak atau bergerak tapi berhenti di tengah perjalanan.  Berarti ada kerusakan pada bagian penggerak optik ini. Periksa semua bagian-bagiannya, motor, gir, dan has optik. 

          •  Pemeriksaan bagian penggerak optik beres dan tidak bermasalah, lanjutkan lagi pemeriksaan kebagian kabel optik.
          • Lepas dan pasang kembali ujung kebel optik yang terpasang pada EMPEG DVD. Kemudian tes DVD Player, apakah sudah membaca disk dengan baik. Jika belum, lakukan hal yang sama dengan ujung kabel optik yang terpasang pada optik. Belum berhasil juga ? ganti kabel optik dengan yang baru.
          • Jika kabel optik sudah diganti, tapi DVD Player masih belum bisa membaca disk, kemungkinan besar optik nya yang bermasalah. satu-satunya jalan untuk mengetahui kerusakan optik, adalah menggantinya dengan yang baru.
          • Jika optik sudah diganti, tapi DVD Player tetap bermasalah. Berarti  sumber permasalahannya ada pada EMPEG DVD.
          Penyebab kerusakan :
          1. Penempatan DVD Player yang kurang tepat. Lembab adalah musuh alami DVD Player, karena dapat mengakibatkan beberapa komponen Optik  yang terbuat dari kaca menjadi buram dan juga menimbulkan karat di beberapa  bagian mekanik yang terbuat dari besi. Selain Lembab, debu juga termasuk benda yang dapat merusak optik.
          2. Piringan CD /DVD yang kurang bermutu, juga bisa berakibat buruk pada optik DVD Player. Untuk mempermudah pemahaman optik kita ibaratkan sebuah mobil, sedangkan piringan CD/DVD adalah sebuah jalan yang akan dilalui oleh optik. Ketika DVD Player memainkan piringan CD/DVD kurang bermutu maka kondisi nya sama persis dengan mobil yang berjalan di atas jalanan yang kurang bermutu juga ( berbatu-batu ), dapat dibayangkan akibat buruk yang akan dialami  oleh  mobil ( optik ), jika terlalu sering melewati jalan yang berbatu-batu.

          Ada Gambar tapi tidak ada suara.

          Indikasi :

          Gambar pada layar televisi yang dihubungkan dengan DVD Player, berjalan mulus. Tapi suara yang keluar dari speker televisi terdengar kecil atau bahkan tidak ada sama sekali. Padahal Volume Televisi dan DVD Player sudah dalam posisi maksimum. Suara speaker aktif pun akan mengalami hal yang sama jika dihubungkan dengan DVD Player tersebut.

          Perbaikan :

          Sebenarnya kerusakan seperti ini tergolong cukup berat, karena kerusakan ada pada EMPEG DVD. Tapi jangan khawatir ada trik untuk memperbaikinya. Ini dia caranya :


          • Potong kaki positif Soket RCA Audio Out L dan R, yang  menempel pada EMPEG DVD. 

          • Cari pada EMPEG DVD, IC kecil dengan 8 kaki tipe 4558.
          • Siapkan 2 utas kabel kecil. 
          • Solder salah satu ujung kabel  pertama pada kaki IC no 7, dan ujung yang satu lagi, solder pada kaki positif Soket RCA Audio Out yang berwarna putih / Audio Out L ( jumper A pada gambar ).

          • Solder juga salah satu ujung kabel kedua pada kaki IC no 1, dan ujung yang lainnya di solder pada kaki positif Soket RCA Audio Out berwarna merah / Audio Out R ( jumper B pada gambar ).

          Penyebab kerusakan :

          Umumnya kerusakan seperti ini disebabkan oleh Human Error ( kesalahan pemakai ), kesalahan saat menghubungkan kabel RCA Audio Out dari DVD Player ke speaker aktif. 
          Pada speker aktif jenis tertentu, menggunakan Soket RCA untuk menghubungkan kotak speker aktif yang ada Ampli nya dengan kotak speker aktif yang tidak ada Ampli nya, nah Soket inilah yang sering di hubungkan ke Audio Out DVD Player. Jika saat penyambungan tersebut, speker aktif dalam posisi On. Maka Output Ampli Speker aktif yang memiliki tegangan cukup tinggi, masuk ke EMPEG DVD Player dan merusak beberapa komponen aktif penguat Audio yang ada di dalamnya.


          Demikian, semoga bermanfaat.
          Terimaksih atas kunjungan nya.

          Friday, April 19, 2013

          METODE CEPAT MEMBACA NILAI RESISTOR

          Dalam dunia elektronik, membaca nilai pada Resistor merupakan pelajaran dasar yang wajib dimiliki. Bukan hanya sekadar membaca, tapi kecepatan membaca juga mesti dikuasai. Berdasarkan pengalaman penulis, ada berbagai macam metode yang bisa dilakukan. Tapi sebelumnya mari kita bahas terlebih dahulu sistem penulisan nilai pada Resistor.

          Ada 2 cara penulisan nilai Resistor :
          1. Sistem kode warna.
          2. Sistem  kode angka.

          1. Sistem kode warna

          Sistem kode warna berupa pita-pita warna yang mengelilingi badan Resistor. Kode warna Resistor ini pertama kali dikembangkan oleh perkumpulan pabrik-pabrik radio Eropa dan Amerika RMA (Radio Manufacturers Association) yang didirikan pada awal tahun 1920-an. Pada tahun 1957, kelompok ini berganti nama menjadi Electronic Industries Alliance (EIA) dan menerbitkan kode tersebut sebagai standar EIA-RS-279.

          Sistem kode warna ada 3, yaitu :
          1. Sistem kode warna 4 pita
          2. Sistem kode warna 5 pita.
          3. Sistem kode warna 6 pita.

          1.1 Sistem kode warna 4 pita.



          Pita ke-1 dan Pita ke-2 adalah dua angka nilai tahanan.
          Pita ke-3 adalah Per-kalian Desimal ( jumlah nol di belakang angka ke-2 )
          Pita ke-4 Nilai Toleransi.


          TABEL KODE WARNA RESISTOR 4 PITA

          Contoh 1 :
          Pita ke-1 = Hijau, Pita ke-2 = Biru, Pita ke-3 = Perak, Pita ke-4 = Emas.
          Nilainya adalah 0,56 Ω, dengan Toleransi 5%.

          Contoh 2 :
          Pita ke-1 = Hijau, Pita ke-2 = Biru, Pita ke-3 = Emas, Pita ke-4 = Emas.
          Nilainya adalah 5,6 Ω, dengan toleransi 5%.

          Contoh 3 :
          Pita ke-1 = Hijau, Pita ke-2 = Biru, Pita ke-3 = Hitam, Pita ke-4 = Emas.
          Nilainya adalah 56 Ω, dengan Toleransi 5%.

          Contoh 4 :
          Pita ke-3 = Hijau, Pita ke-2 = Biru, Pita ke-3 = Coklat, Pita ke-4 = Emas.
          Nilainya adalah 560 Ω, dengan Toleransi 5%.


          1.2 Sistem kode warna 5 pita.




          Pita ke-1, Pita ke-2 dan Pita ke-3 adalah tiga angka nilai tahanan.
          Pita ke-4 adalah Per-kalian Desimal (jumlah nol di belakang angka ke-3).
          Pita ke -5  Nilai Toleransi.


          TABEL KODE WARNA 5 PITA



          Contoh 1 :
          Pita ke-1 = Hijau, Pita ke-2 = Hitam, Pita ke-3 = Hitam, Pita ke-4 = Perak. Pita ke-5 = Coklat.
          Nilainya adalah 5 Ω, dengan Toleransi 1%.

          Contoh 2 :
          Pita ke-1 = Hijau, Pita ke-2 = Biru, Pita ke-3 = Merah, Pita ke-4 = Emas. Pita ke-5 = Coklat.
          Nilainya adalah 56,2 Ω, dengan Toleransi 1%.

          Contoh 3 :
          Pita ke-3 = Hijau, Pita ke-2 = Biru, Pita ke-3 = Merah, Pita ke-4 = Hitam, Pita ke-5 = Coklat.
          Nilainya adalah 562 Ω, dengan Toleransi 1%.


          1.3 Sistem kode warna 6 pita. 




          Pita ke-1, Pita ke-2, dan Pita ke-3 tiga angka nilai tahanan.
          Pita ke-4 adalah Per-kalian Desimal (jumlah nol di belakang angka ke-3).
          Pita ke-5 adalah Nilai Toleransi.
          Pita ke-6  Koefisien suhu.


           TABEL KODE WARNA 5 PITA



          Contoh  :
          Pita ke-1 = Hijau, Pita ke-2 = Biru, Pita ke-3 = Hijau, Pita ke-4 = Emas. Pita ke-5 = Coklat.
          Pita ke-6 = Coklat.
          Nilainya adalah 56,6 Ω, Toleransi 1%, Koefisien suhu 100 ppm / ºC

          2.  Sistem kode angka.

          Sistem kode angka digunakan pada Resistor SMD ( Surface-mount Device ), Resistor pasang permukaan yang ukurannya sangat kecil.



          Untuk cara membacanya perhatikan gambar berikut :




          Resistor SMD dengan toleransi standar atau toleransi yang cukup longgar ( 5% misalnya ) menggunakan kode angka 3 digit. Dua angka pertama adalah dua angka pertama nilai tahanan Resistor, sedangkan angka ketiga adalah pengali ( jumlah nol ). 
          Contoh :

          102  =   10 X 100 Ω  =  1.000 Ω ( 1 Kilo Ω ) atau 10 ditambah dua nol di belakangnya.
          222  =   22 X 100 Ω  =  2.200 Ω ( 2,2 Kilo Ω ) atau 22 ditambah dua nol di belakangnya.
          103  =   10 X 1000 Ω = 10.000 Ω ( 10 Kilo Ω ) atau 10 ditambah tiga nol di belakangnya.
          223  =   22 X 1000 Ω = 22.000 Ω ( 22 Kilo Ω ) atau 22 ditambah tiga nol di belakangnya.

          Untuk Resistor SMD yang nilai hambatan nya di bawah 100 Ω ditulis 820, 680, 5600 dan seterusnya.
          Contoh :

          100  = 10 X 1 = 10 Ω.
          560  = 56 X 1 = 56 Ω.
          820  = 82 X 1 = 82 Ω.

          Beberapa produsen ada juga yang menulis langsung nilai hambatan Resistor SMD tanpa menggunakan kode, misalnya 10, 56, 82. katanya sih, untuk mencegah kebingungan.

          Selanjutnya, untuk Resistor SMD dengan nilai hambatan di bawah 10 Ω, menggunakan R untuk  menunjukkan titik desimal nya.
          Contoh :

          1R5 = 1,5 Ω.
          0R5 = 0,5 Ω.
          0R05 = 0,05 Ω.

          Resistor persisi yang mempunyai nilai toleransi ketat, menggunakan  Kode empat digit. Tiga kode pertama adalah nilai tahanan, dan kode ke empat adalah pengali atau jumlah nol.
          Contoh :

          2001 = 200 X 10 : 2000 Ω ( 2 Kilo Ω ).
          4701 = 470 X 10 : 4700 Ω  ( 4,7 Kilo Ω ).
          1200 = 120 X 1   : 120 Ω.

          Adapun Resistor SMD yang di tandai dengan kode 0, 000, atau 0000 adalah Resistor dengan nilai hambatan 0 Ω. Karena tidak memiliki nilai  hambatan, maka Resistor seperti ini sering digunakan sebagai Jumper. tujuannya agar lebih mudah dipasang pada PCB dengan menggunakan mesin solder SMD.


          Ok. Kita Kembali pada pokok pembahasan kita.

          Untuk bisa membaca nilai tahanan Resistor dengan cepat, ada beberapa 3 hal yang mesti kita lakukan, yaitu :

          1. Menghafal urutan warna pada tabel sistem kode warna.
          2. Mengenal Ciri khas kode warna Resistor yang memiliki nilai tahanan satuan, puluhan, ribuan, dan seterusnya.
          3. Mengetahui Standar nilai Resistor yang diterbitkan oleh EIA.

          MENGHAFAL URUTAN KODE WARNA RESISTOR.

          Menghafal ada cara untuk melatih kemampuan ingatan buatan. Pada otak manusia ada 2 jenis ingatan, ingatan alami dan ingatan buatan. Ingatan alami adalah bakat yang sudah ada sejak kita lahir, dan digunakan kan dalam kehidupan sehari-hari secara otomatis tanpa perlu berpikir. Sedangkan ingatan buatan adalah sebuah kemampuan daya ingat yang di bangun dengan cara belajar dan dilatih dengan berbagai macam metode.
          Salah satu metode yang paling efektif untuk melatih daya ingat buatan adalah Strategi Mnemonik, yaitu teknik mengingat sesuatu dengan cara menghubungkan antara bentuk/rumusan yang mudah diingat dengan data yang ingin diingat. Hal ini berdasarkan prinsip bahwa ingatan manusia akan lebih mudah mengingat informasi yang unik dan menarik, ketimbang data-data yang rumit dan asing.

          Dari sekian banyak strategi Mnemonik yang ada, beberapa diantaranya dapat kita manfaatkan untuk menghafal urutan warna kode Resistor.

          1. Rumus Jembatan Keledai.

          Rumus Jembatan keledai umumnya berupa sebuah kata atau suku kata yang diambil dari susunan kata yang ingin di hafal, kemudian dibentuk menjadi sebuah kalimat yang unik atau menarik.
          Sebenarnya kurang jelas, dari mana asal mula Istilah jembatan keledai ini. tapi kemungkinan besar berasal dari bahasa Belanda Ezelsbruggetje yang berarti titian keledai atau dari bahasa Latin pons asinorum yang artinya jembatan keledai.

          Berikut adalah bentuk dari rumus Jembatan Keledai yang akan kita gunakan untuk menghafal urutan kode warna Resistor.



          Rumus ini membentuk sebuah kalimat HI CO ME O KU  HI BI VI A PU, yang diambil dari singkatan nama masing-masing warna yang terdapat pada sistem kode warna Resistor.

          HI = Hitam, ME = Merah, O = Oranye, KU = Kuning, HI yang kedua = Hijau, BI = Biru, VI = Violet atau Ungu, A = Abu-abu, dan PU = Putih.

          Cara menggunakan rumus ini cukup mudah, kita hanya perlu menghafal kalimatnya, serta  membayangkan arti dan angka yang ada di bawah setiap kata, dalam kalimat tersebut.


          2. Menggunakan Gambar angka berwarna.

          Dengan cara ini, kita akan melatih ingatan kita untuk menghafal urutan kode warna menggunakan gambar angka berwarna, seperti  di bawah ini :

          Cara menggunakan metode ini adalah, menyebutkan warna angka yang ada dalam kotak. Satu persatu secara berulang-ulang. Sekali lagi, yang disebutkan warna angkanya, bukan angkanya.

          3. Menggunakan Rumus Pengelompokan warna. 

          Metode ini terbilang cukup rumit, karena kita akan mempelajari pengelompokan warna terlebih dahulu, kemudian menghubungkannya dengan urutan warna kode resistor.

          Pengelompokan warna pertama kali dikemukakan pada tahun 1831, namanya Teori Brewster. Teori ini menyederhanakan warna yang ada di alam dengan membaginya menjadi 4 kelompok besar, yaitu :
          1. Warna Primer. Warna dasar yang bukan merupakan hasil pencampuran dari warna-warna lain, yaitu : Warna Merah, Kuning, dan Biru. 
          2. Warna Sekunder. Hasil pencampuran dari  2 warna Primer. Ada berapa macam warna sekunder, dan yang ada hubungannya dengan kode warna Resistor ada 3 warna yaitu : Oranye ( Hasil pencampuran dari warna Kuning dengan Merah ), Hijau ( Hasil pencampuran dari warna Kuning dengan Biru ) , dan Ungu ( Hasil pencampuran dari warna Merah dengan Biru ). 
          3. Warna Tersier. Hasil pencampuran salah satu warna Primer dengan salah satu warna Sekunder atau pencampuran dari tiga warna Primer. Warna dari kelompok ini juga bayak, tapi yang termasuk dalam sistem kode warna Resistor hanya ada satu, yaitu warna Coklat ( pencampuran dari warna Merah, Kuning, dan Biru ).
          4. Warna Netral. Warna penyeimbang, yaitu warna Hitam dan Putih dan hasil pencampuran dari keduanya. Warna Netral sering juga disebut Warna yang tidak berwarna.
          Dan satu lagi kelompok warna  yang akan kita gunakan dalam rumus ini, tapi tidak termasuk dalam teori Brewster, yaitu kelompok warna metalik. Kelompok warna metalik terdiri dari Warna Emas, Perak dan  hasil pencampuran 2 warna tersebut dengan warna-warna dari kelompok lainnya.

          Jadi berdasarkan kelompok-kelompok warna di atas, dalam rumus ini, kita akan membagi kode warna Resistor menjadi 5 Grup. Seperti berikut ini :

          Grup 1 dari kelompok warna primer, yaitu : Warna Merah, Kuning, dan Biru.
          Grup 2 dari kelompok warna sekunder, yaitu : Warna Oranye, Hijau, dan Ungu.
          Grup 3 dari kelompok warna Tersier, yaitu : warna Coklat.
          Grup 4 dari kelompok warna, Netral yaitu : Warna Hitam, putih, dan Abu-abu.
          Grup 5 dari kelompok warna Metalik, yaitu : Warna Emas dan Perak.

          Dengan pembagian Grup seperti ini, kita bisa lebih mudah menghafal kode warna Resistor. Karena setiap grup mempunyai ciri khas.

          Grup1 terdiri dari kode warna resistor yang memiliki angka Genap, kecuali angka 8.
          Grup2 terdiri dari kode warna resistor yang memiliki angka Ganjil, kecuali angka 9.
          Grup3 kode warna resistor yang memiliki angka tunggal, yaitu Coklat ( angka 1 ).
          Grup4 terdiri dari kode warna Resistor urutan awal ( warna Hitam ) dan 2 kode warna Resistor urutan terakhir ( warna Abu-abu dan Putih ).
          Grup5 hanya untuk kode warna toleransi resistor, dan kode warna per kalian desimal yang memiliki angka di bawah nol ( nol koma dan nol koma nol ).

          Cara menghafal urutan warna dari masing-masing Grup :

          Grup 1. Membayangkan sebuah jarum yang dibakar di atas api lilin. Warna Merah adalah warna ujung jarum yang membara, warna Kuning adalah warna api lilin bagian atas, dan warna Biru warna api lilin bagian bawah. Jadi urutan warnanya dimulai dari atas ke bawah.

          Grup 2. Membayangkan sedang mencampur warna-warna yang ada pada Grup1 secara berurutan. Urutan pertama, hasil dari pencampuran warna urutan pertama dan kedua warna Grup1. Urutan kedua, hasil dari pencampuran warna urutan kedua dan ketiga warna Grup1.  warna ketiga, hasil dari pencampuran warna ketiga dan pertama warna grup1.
          Rumus nya, 1 Grup2 = 1 + 2 Grup1,  2 Grup2 = 2 + 3 Grup 1,  3 Grup2 = 3 + 1 Grup1.

          Grup 3. Tidak perlu membayangkan apa-apa, karena hanya ada satu warna. Yang perlu di ingat adalah Grup ini memiliki jumlah anggota sama dengan angka kode warnanya, yaitu 1.

          Grup 4. Mengingat pepatah yang mengatakan  Habis Gelap Terbitlah Terang. Maka urutannya dimulai dari warna yang paling gelap, ke warna yang paling terang.

          Grup 5. Membayangkan perbandingan harga benda yang memiliki warna yang sama dengan anggota Grup ini. Urutannya dimulai dari harga yang ter tinggi.

            CIRI KHAS KODE WARNA RESISTOR DENGAN NILAI TAHANAN TERTENTU.

            Ciri khas kode warna Per kalian desimal atau jumlah nol.

            Untuk Resistor dengan kode warna 4 Pita, ciri khasnya ada pada Pita ke tiga.
            • Warna Emas untuk resistor dengan nilai tahanan Satuan Ω ( Nilai 1 Ω sampai dengan nilai yang mendekati 10 Ω ).
            • Warna Hitam untuk resistor dengan nilai tahanan Puluhan Ω  ( Nilai 10 Ω sampai dengan nilai yang mendekati 100 Ω ).
            • Warna Coklat untuk resistor dengan nilai tahanan Ratusan Ω ( Nilai 100 Ω sampai dengan nilai yang mendekati 1000 Ω ).
            • Warna Merah untuk resistor dengan nilai tahanan Ribuan Ω / Kilo Ω ( Nilai 1 Kilo Ω sampai dengan nilai yang mendekati 10 Kilo Ω ).
            • Warna Oranye untuk resistor dengan nilai tahanan Puluhan Ribu Ω / Puluhan Kilo Ω ( Nilai 10 Kilo Ω sampai dengan nilai yang mendekati 100 Kilo Ω ).
            • Warna Kuning untuk resistor dengan nilai tahanan Ratusan Ribu Ω / Ratusan Kilo Ω ( Nilai 100 Kilo Ω sampai dengan nilai yang mendekati 1 Mega Ω ).
            • Warna Hijau untuk resistor dengan nilai tahanan Jutaan Ω / Mega Ω ( Nilai 1 Mega Ω sampai dengan nilai yang mendekati 10 Mega Ω ).
            •  Warna Biru untuk resistor dengan nilai tahanan Puluhan Juta Ω / Puluhan Mega Ω.
            Untuk Resistor  dengan kode warna 5 dan 6 Pita, ciri khasnya ada pada Pita ke empat.
            • Warna Perak untuk resistor dengan nilai tahanan Satuan Ω ( Nilai 1 Ω sampai dengan nilai yang mendekati 10 Ω ).
            • Warna Emas untuk resistor dengan nilai tahanan Puluhan Ω ( Nilai10 Ω sampai dengan nilai yang mendekati 100 Ω ).
            • Warna Hitam untuk resistor dengan nilai tahanan Ratusan Ω ( Nilai 100 Ω sampai dengan nilai yang mendekati 1 Kilo Ω ).
            • Warna Merah untuk resistor dengan nilai tahanan Ribuan Ω / Kilo Ω ( Nilai1 Kilo Ω sampai dengan nilai yang mendekati 10 Kilo Ω ).
            • Warna Merah untuk resistor dengan nilai tahanan Puluhan Ribu Ω / Puluhan Kilo Ω ( Nilai 10 Kilo Ω sampai dengan nilai yang mendekati 100 Kilo Ω ).
            • Warna Oranye untuk resistor dengan nilai tahanan Ratusan Ribu Ω / Ratusan Kilo Ω ( Nilai 100 Kilo Ω sampai dengan nilai yang mendekati 1 Mega Ω ).
            • Warna Kuning untuk resistor dengan nilai tahanan Jutaan Ω / Mega Ω ( Nilai 1 Mega Ω sampai nilai yang mendekati 10 mega Ω ).
            • Warna Hijau untuk resistor dengan nilai tahanan Puluhan Juta Ω / Puluhan Mega Ω.

              Untuk resistor dengan nilai tahanan di bawah 1 Ω ( Nol Koma dan Nol Koma Nol )

              Resistor dengan kode warna 4 Pita.
              • Resistor dengan nilai tahanan Nol Koma, ciri khasnya ada  pita ke tiga yang selalu berwarna Perak.
              • Resistor dengan nilai tahanan Nol Koma Nol, ciri khasnya ada pada pita pertama dan pita ke tiga. pita pertama selalu berwarna hitam dan pita ke tiga selalu berwarna Perak.
              Resistor dengan kode warna 5 dan 6 Pita.
              • Resistor dengan nilai tahanan Nol Koma, ciri khasnya ada pada pita pertama dan pita ke empat. Pita pertama selalu berwarna hitam dan pita ke empat selalu berwarna perak.
              • Resistor dengan nilai tahanan Nol Koma Nol, ciri khasnya ada pada pita pertama, kedua dan ke empat. Pita pertama selalu berwarna Hitam, pita kedua juga selalu berwarna Hitam dan pita ke empat selalu berwarna Perak.

              NILAI STANDAR RESISTOR.

              Nilai standar resistor diterbitkan oleh EIA ( Electronic Industries Alliance ), nilai standar ini ditentukan berdasarkan nilai toleransi. Ada banyak sekali nilai standar yang di terbitkan oleh EIA tersebut, namun kita batasi pembahasan kita dengan nilai standar yang umum beredar di pasaran, khususnya pasar Indonesia.

              EIA STANDAR E12.

              E12 adalah standar nilai tahanan untuk Resistor-resistor yang memiliki nilai toleransi 10 %.

              Tabel  Resistor Standar E12

              Nol Koma Ω Satuan Ω Puluhan Ω Ratusan Ω
              0,1 1 10 100
              0,12 1,2 12 120
              0,15 1,5 15 150
              0,18 1,8 18 180
              0,22 2,2 22 220
              0,27 2,7 27 270
              0,33 3,3 33 330
              0,39 3,9 39 390
              0,47 4,7 47 470
              0,56 5,6 56 560
              0,68 6,8 68 680
              0,82 8,2 82 820

              Satuan Kilo Ω
              ( Ribuan Ω )
              Puluhan Kilo Ω
              ( Puluhan Ribu Ω )
              Ratusan Kilo Ω
              ( Ratusan Ribu Ω )
              Satuan Mega Ω
              ( Jutaan Ω )
              1 10 100 1
              1,2 12 120 1,2
              1,5 15 150 1,5
              1,8 18 180 1,8
              2,2 22 220 2,2
              2,7 27 270 2,7
              3,3 33 330 3,3
              3,9 39 390 3,9
              4,7 47 470 4,7
              5,6 56 560 5,6
              6,8 68 680 6,8
              8,2 82 820 8,2


              EIA STANDAR E24

              E24 adalah standar nilai tahanan untuk Resistor yang memiliki nilai toleransi 5 %.

              Tabel  Resistor Standar E24
              Nol Koma Ω Satuan Ω Puluhan Ω Ratusan Ω
              0,1 1 10 100
              0.11 1,1 11 110
              0,12 1,2 12 120
              0,13 1,3 13 130
              0,15 1,5 15 150
              0,16 1,6 16 160
              0,18 1,8 18 180
              0,20 2 20 200
              0,22 2,2 22 220
              0,24 2,4 24 240
              0,27 2,7 27 270
              0,30 3 30 300
              0,33 3,3 33 330
              0,36 3,6 36 360
              0,39 3,9 39 390
              0,43 4,3 43 430
              0,47 4,7 47 470
              0,51 5,1 51 510
              0,56 5,6 56 560
              0,62 6,2 62 620
              0,68 6,8 68 680
              0,75 7,5 75 750
              0,82 8,2 82 820
              0,91 9,1 91 910

              Satuan Kilo Ω
              ( Ribuan Ω )
              Puluhan Kilo Ω
              ( Puluhan Kilo Ω )
              Ratusan Kilo Ω
              ( Ratusan Ribu Ω )
              Mega Ω
              ( Jutaan Ω )
              1 10 100 1
              1,1 11 110 1,1
              1,2 12 120 1,2
              1,3 13 130 1,3
              1,5 15 150 1,5
              1,6 16 160 1,6
              1,8 18 180 1,8
              2 20 200 2,0
              2,2 22 220 2,2
              2,4 24 240 2,4
              2,7 27 270 2,7
              3 30 300 3,0
              3,3 33 330 3,3
              3,6 36 360 3,6
              3,9 39 390 3,9
              4,3 43 430 4,3
              4,7 47 470 4,7
              5,1 51 510 5,1
              5,6 56 560 5,6
              6,2 62 620 6,2
              6,8 68 680 6,8
              7,5 75 750 7,5
              8,2 82 820 8,2
              0,91 9,1 910 9,1

              EIA STANDAR E96

              E96 adalah standar nilai tahanan untuk Resistor-resistor yang memiliki nilai toleransi 1 %.

              Tabel Resistor Standar E96

              Nol Koma  â„¦ Satuan Ω Puluhan Ω Ratusan Ω
              0,1  1 10 100
              0,102 1,02 10.2 102
              0,105 1,05 10,5 105
              0,107 1,07 10,7 107
              0,11 1,1 11  110
              0,113 1,13 11,3 113
              0,115 1,15 11,5 115
              0,118 1,18 11,8 118
              0,121 1,21 12,1 121
              0,124 1,24 12,4 124
              0,127 1,27 12,7 127
              0,13 1,3 13  130
              0,133 1,33 13,3 133
              0,137 1,37 13,7 137
              0,14 1,4 14 140
              0,143 1,43 14,3 143
              0,147 1,47 14,7 147
              0,15 1,5 15  150
              0,154 1,54 15,4 154
              0,158 1,58 15,8 158
              0,162 1,62 16,2 162
              0,165 1,65 16,5 165
              0,169 1,69 16,9 169
              0,174 1,74 17,4 174
              0,178 1,78 17,8 178
              0,182 1,82 18,2 182
              0,187 1,87 18,7 187
              0,191 1,91 19,1 191
              0,196 1,96 19,6 196
              0,2 2 20  200
              0,205 2,05 20,5 205
              0,210 2,1 21 210
              0,215 2,15 21,5 215
              0,221 2,21 22,1 221
              0,226 2,26 22,6 226
              0,232 2,32 23,2 232
              0,237 2,37 23,7 237
              0,243 2,43 24,3 243
              0,249 2,49 24,9 249
              0,255 2,55 25,5 255
              0,261 2,61 26,1 261
              0,267 2,67 26,7 267
              0,274 2,74 27,4 274
              0,280 2,8 28 280
              0,287 2,87 28,7 287
              0,294 2,94 29,4 294
              0,301 3,01 30,1 301
              0,309 3,09 30,9 309
              0,316 3,16 31,6 316
              0,324 3,24 32,4 324
              0,332 3,32 33,2 332
              0,34 3,4 34 340
              0,348 3,48 34,8 348
              0,357 3,57 35,7 357
              0,365 3,65 36,5 365
              0,374 3,74 37,4 374
              0,383 3,83 38,3 383
              0,392 3,92 39,2 392
              0,402 4,02 40,2 402
              0,412 4,12 41,2 412
              0,422 4,22 42,2 422
              0,432 4,32 43,2 432
              0,442 4,42 44,2 442
              0,453 4,53 45,3 453
              0,464 4,64 46,4 464
              0,475 4,75 47,5 475
              0,487 4,87 48,7 487
              0,499 4,99 49,9 499
              0,511 5,11 51,1 511
              0,523 5,23 52,3 523
              0,536 5,36 53,6 536
              0,549 5,49 54,9 549
              0,562 5,62 56,2 562
              0,576 5,76 57,6 576
              0,590 5,9 59 590
              0,604 6,04 60,4 604
              0,619 6,19 61,9 619
              0,634 6,34 63,4 634
              0,649 6,49 64,9 649
              0,665 6,65 66,5 665
              0,681 6,81 68,1 681
              0,698 6,98 69,8 698
              0,715 7,15 71,5 715
              0,732 7,32 73,2 732
              0,75 7,5 75 750
              0,768 7,68 76,8 768
              0,787 7,87 78,7 787
              0,806 8,06 80,6 806
              0,825 8,25 82,5 825
              0,845 8,45 84,5 845
              0,866 8,66 86,6 866
              0,887 887 88,7 887
              0,909 9,09 90,9 909
              0,931 9,31 93,1 931
              0,953 9,53 95,3 953
              0,976 9,76 97,6 976

              Satuan Kilo Ω
              ( Ribuan Î© )
              Puluhan Kilo Ω
              ( Puluhan Ribu Ω )
              Ratusan Kilo Ω
              ( Ratusan Ribu Ω )
              Mega Ω
              ( Jutaan Ω )
              1 10. 100 1.00
              1.02 10.2 102 1.02
              1.05 10.5 105 1.05
              1.07 10.7 107 1.07
              1.1 11 110 1.10
              1.13 11.3 113 1.13
              1.15 11.5 115 1.15
              1.18 11.8 118 1.18
              1.21 12.1 121 1.21
              1.24 12.4 124 1.24
              1.27 12.7 127 1.27
              1.3 13 130 1.30
              1.33 13.3 133 1.33
              1.37 13.7 137 1.37
              1.4 14 140 1.40
              1.43 14.3 143 1.43
              1.47 14.7 147 1.47
              1.50 15 150 1.50
              1.54 15.4 154 1.54
              1.58 15.8 158 1.58
              1.62 16.2 162 1.62
              1.65 16.5 165 1.65
              1.69 16.9 169 1.69
              1.74 17.4 174 1.74
              1.78 17.8 178 1.78
              1.82 18.2 182 1.82
              1.87 18.7 187 1.87
              1.91 19.1 191 1.91
              1.96 19.6 196 1.96
              2 20 200 2.00
              2.05 20.5 205 2.05
              2.1 21 210 2.10
              2.15 21.5 215 2.15
              2.21 22.1 221 2.21
              2.26 22.6 226 2.26
              2.32 23.2 232 2.32
              2.37 23.7 237 2.37
              2.43 24.3 243 2.43
              2.49 24.9 249 2.49
              2.55 25.5 255 2.55
              2.61 26.1 261 2.61
              2.67 26.7 267 2.67
              2.74 27.4 274 2.74
              2.80 28 280 2.80
              2.87 28.7 287 2.87
              2.94 29.4 294 2.94
              3.01 30.1 301 3.01
              3.09 30.9 309 3.09
              3.16 31.6 316 3.16
              3.24 32.4 324 3.24
              3.32 33.2 332 3.32
              3.4 34 340 3.40
              3.48 34.8 348 3.48
              3.57 35.7 357 3.57
              3.65 36.5 365 3.65
              3.74 37.4 374 3.74
              3.83 38.3 383 3.83
              3.92 39.2 392 3.92
              4.02 40.2 402 4.02
              4.12 41.2 412 4.12
              4.22 42.2 422 4.22
              4.32 43.2 432 4.32
              4.42 44.2 442 4.42
              4.53 45.3 453 4.53
              4.64 46.4 464 4.64
              4.75 47.5 475 4.75
              4.87 48.7 487 4.87
              4.99 49.9 499 4.99
              5.11 51.1 511 5.11
              5.23 52.3 523 5.23
              5.36 53.6 536 5.36
              5.49 54.9 549 5.49
              5.62 56.2 562 5.62
              5.76 57.6 576 5.76
              5.9 59 590 5.90
              6.04 60.4 604 6.04
              6.19 61.9 619 6.19
              6.34 63.4 634 6.34
              6.49 64.9 649 6.49
              6.65 66.5 665 6.65
              6.81 68.1 681 6.81
              6.98 69.8 698 6.98
              7.15 71.5 715 7.15
              7.32 73.2 732 7.32
              7.5 75 750 7.50
              7.68 76.8 768 7.68
              7.87 78.7 787 7.87
              8.06 80.6 806 8.06
              8.25 82.5 825 8.25
              8.45 84.5 845 8.45
              8.66 86.6 866 8.66
              8.87 88.7 887 8.87
              9.09 90.9 909 9.09
              9.31 93.1 931 9.31
              9.53 95.3 953 9.53
              9.76 97.6 976 9.76


              Umumnya, tidak semua nilai Resistor yang ada pada Tabel standar E24 beredar di pasar indonesia, hanya 50 persen nya saja. Pasar Indonesia mengikuti Standar E12 untuk memasarkan resistor-resistor standar E24. Bahkan, ada beberapa toko elektronik di Indonesia yang menjual resistor standar E96 dengan mengikuti nilai resistor yang ada pada tabel standar E12.

              Demikian pembahasan kita kali ini, semoga bisa dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Setidaknya, bisa menginspirasi anda untuk melahirkan ide yang lebih cemerlang lagi. Maju terus dunia elektronik Indonesia.

              SALAM BLOGGER INDONESIA ... !